Berilah Kesempatan Kepada Orang Lain Untuk Mengklaim Dirinya “Benar” (dari ‘Don’t Sweat the Small Stuff’ oleh Richard Carlson)

Salah satu pertanyaan penting yang tanyakan kepada diri sendiri adalah, “Apakah aku ingin menjadi benar atau apakah aku ingin jadi bahagia?” Seringkali, keduanya masing-masing berdiri sendiri!

Menjadi yang benar, mempertahankan pendapat kita, akan menghabiskan banyak energi mental dan seringkali membuat kita dikucilkan oleh orang-orang. Perlu dianggap benar – atau artinya perlu menganggap orang lain yang salah – membuat orang lain menjadi defensif, dan membuat kita tertekan karena harus bertahan. Tapi sebagian besar diantara kita (kadang-kadang saya juga begitu) membuang-buang banyak waktu dan energi untuk membuktikan (atau menunjukkan) bahwa kitalah yang benar – dan/atau orang lainlah yang salah. Kebanyakan orang, secara sadar atau tidak sadar percaya bahwa memang tugas kitalah untuk memperlihatkan kepada orang lain bahwa pendapat, pernyataan dan sudut pandang mereka salah. Dan, dengan berbuat begitu, orang yang kita koreksi itu akan menghargai kita atau, paling tidak belajar sesuatu dari kita. Salah besar!

Pikirkanlah. Pernah-kah Anda dikoreksi oleh seseorang dan mengatakan kepada orang yang merasa dirinya benar itu, “Terimakasih banyak karena sudah menunjukkan bahwa saya salah dan Anda benar. Sekarang  saya jadi tahu. Wah, Anda benar-benar hebat!” Atau, pernahkah  ada orang yang berterimakasih kepada Anda (atau setuju dengan Anda) bila Anda mengoreksi mereka, atau membuat diri Anda menjadi yang benar dengan mengorbankan orang lain? Pasti tidak. Yang benar adalah semua orang tidak suka dikoreksi. Kita semua ingin pendapat kita dihormati dan dipahami orang lain. Didengar adalah salah satu dari hal-hal yang paling diinginkan oleh hati manusia. Dan, mereka yang mau mendengar adalah orang-orang yang paling dicintai dan dihargai. Mereka yang punya kebiasaan mengoreksi orang lain biasanya adalah orang-orang yang tidak disukai dan dihindari.

 Ini bukan berarti kita tidak boleh menjadi orang yang paling benar – kadang-kadang kita memang benar-benar harus atau diharuskan untuk menjadi benar. Barangkali ada posisi filosofis tertentu yang tak ingin Anda korbankan seperti misalnya ketika Anda mendengar komentar yang berbau rasis. Dalam hal ini, Anda memang sangat perlu mengutarakan pandangan Anda. Namun,  biasanya ego Andalah yang pelan-pelan muncul dan merusak suatu pertemuan yang tadinya berlangsung damai – inilah kebiasaan ingin atau butuh untuk menjadi yang benar.

Strategi yang tulus dan baik untuk menjadi lebih tenang dan dicintai adalah untuk melakukan perbuatan yang memberi kesempatan orang lain untuk menjadi benar – memberi orang lain kebanggaan. Berhentilah mengoreksi orang. Semakin sulit mengubah kebiasaan ini, semakin berguna tiap usaha dan perbuatan yang kita lakukan. Bila seseorang berkata. “Saya pikir yang paling penting adalah ….” Daripada Anda memotongnya dan langsung berkata, “Tidak, yang paling penting adalah… “ atau mengucapkan kata-kata lain yang sifatnya mengoreksi , lebih baik biarkanlah ia menyelesaikan kata-katanya dan mengutarakan pendapatnya. Orang-orang yang ada disekitar Anda akan tidak defensif lagi dan lebih menyayangi Anda. Mereka akan menghargai Anda lebih daripada yang pernah Anda bayangkan sebelumnya, bahkan bila mereka juga tidak tahu mengapa mereka menghargai anda. Anda akan menemukan kenikmatan berpartisipasi dan menyaksikan kebahagiaan orang lain, yang jauh lebih menguntungkan daripada melakukan konflik ego. Anda tak usah mengorbankan kebenaran filosofis Anda yang paling dalam atau pandangan-pandangan anda yang paling tulus, tetapi, mulai hari ini, berilah kesempatan kepada orang lain untuk benar, sebanyak mungkin!

About cosynook

Anak Bapak. Perlu ngeblog untuk katarsis. :)
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment